Mendidik Anak yang Baik Menurut Pandangan Islam


Persoalan pendidikan anak di dalam keluarga adalah memang persoalan yang sangat banyak dibicarakan oleh masarakat, khususnya bagi para orang tua. Sebagian orang bahkan beranggapan bahwa pendidikan anak yang paling utama bukanlah di bangku sekolah, namun justru yang paling penting adalah tahapan pendidikan di dalam keluarga yang merupakan pendidikan pondasi bagi semua anak.

Namun hal ini tidak banyak yang mengetahui bagaimana ajaran Islam mengenai pendidikan anak sebenarnya, terkhusus berkenaan dengan cara memberikan pendidikan dalam level usia yang berbeda. Sebab tentu perbedaan usia mempengaruhi pada perbedaan pendekatan dalam melakukan pendidikan pada anak dalam keluarga sebagaimana tuntunan Islam. Mendidik anak yang baik yaitu mendidik sesuai dengan pandangan Islam karena dalam syariat Islam telah diatur dan dipaparkan bagaiman mendidik anak yang baik dan benar.

Dalam hal ini, Pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul Quran (MQ) Tebuireng, Jombang yaitu beliau KH Ahmad Mustain Syafii menjelaskan beberapa fase berbeda dalam hal mendidik anak yang sayangnya, tak jarang tahapan fase ini kerap kali tidak dipahami oleh para orang tua pada umumnya sehingga menyebabkan kekeliruan dalam mendidik anak-anaknya. Pembagian tahapan ini sesuai dengan apa yang diajarkan baginda kita Nabi Muhammad SAW yang tersirat dalam beberapa hadits nabi.

Ada tiga pembagian fase secara umum yang dibagi oleh Kiai Mustain yaitu :
  • Tahap awal 0-7 tahun, 
  • Tahap dua 7-14 tahun,
  • Tahap tiga 14-21 tahun.
Di tahapan pertama, seorang anak akan cenderung menghabiskan waktunya untuk bermain. "Saat anak berumur 0-7 tahun maka pendidikan yang cocok adalah bermain. Karena pada fase tersebut seorang anak adalah dunia bermain. Namun demikian pada tahap ini seorang anak tetap harus dididik dan dipantau oleh orang dewasa atau orang tuanya. Seperti halnya nabi menyuruh mengajari anak shalat pada usia 7 tahun," kata KH Ahmad Mustain Syafii, saat mengisi kajian Islam di Masjid Agung Jombang, Jumat (29/3).

Selanjutnya pakar tafsir Al-Qur’an ini menambahkan, pada saat fase kedua yaitu saat anak berusia 7-14 tahun, jenis pendidikan yang cocok untuk seorang anak adalah pengajaran akhlak dan tata krama, bila perlu disertai pemaksaan. "Nabi berpesan, jika anak sudah berusia 10 tahun dan anak tidak shalat maka diperbolehkan untuk dipukul. Usia ini diajarkan tata krama terhadap sang Khaliq dan kepada manusia," tambahnya.

Pada fase selanjutnya, kata Kiai Mustain, yaitu umur 14-21 tahun, cara mendidik anak yaitu dengan pendekatan dialogis. Dalam tahapan ini seorang anak diajak dan diajarkan untuk menceritakan tentang masalah yang dihadapinya agar tidak selalu memendam rasa sendirian. Pada tahap ini kehadiran orang tua sangat dibutuhkan untuk mendengarkan cerita anaknya.

Pada usia ini, anak-anak lebih butuh perhatian, butuh diakui dan didengarkan pendapatnya. Apabila orang tua tidak tanggap maka anak akan lari dan pergi mencari sebuah pelampiasan ke pada sesuatu yang lain untuk mendapatkan perhatian yang tidak dia dapatkan dari orang tuanya. Makin menghawatirkan lagi sebab pada saat masa ini, seorang anak mulai memiliki ketertarikan pada lawan jenis.

"14 tahun ke atas anak adalah teman orang tua. Jadi pendekatannya dialogis. Kita perlu ingat pesan Khalil Gibran: 'Anakmu bukan anakmu. Kamu bisa membuatkan rumah untuk raganya, tapi tidak untuk jiwanya'," dawuh Kiai Mustain.

Beliau mengatakan, terkadang dalam mendidik anak orang tua seringkali menganggap jika putra-putrinya masih anak-anak. Sehingga diperlakukan seperti anak-anak. "Ketika menasihati anak lewat lidah itu rawan menyakiti perasaan, kadang anak merasa sudah bukan anak kecil lagi. Maka doa menjadi senjata utama," ujarnya.

Allah mencontohkan orang tua yang mendoakan anak-anaknya. Seperti dalam  Al-Qur'an surat Ali Imron Ayat 36, ada contoh doa Maryam untuk bayinya. Doa Nabi Ibrahim untuk anak turunnya juga banyak di Al-Qur’an. Misalnya Surat Ibrahim ayat 40-41. Sehingga banyak anak turun Nabi Ibrahim yang jadi nabi. "Tradisi nabi-nabi adalah mendoakan anak-anaknya," tandas Kiai Mustain.

Untuk fase di atas sangat penting diketahui oleh orang tua baik laki-laki dan perempuan karena mereka berdua berperan sebagai pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Keduanya memegang peranan penting dan strategis dalam mendidik anak-anaknya. Hal ini sesuai dengan firman Allah, “Wahai orang-orang yang beriman. Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka...” (QS. At-Tahrim: 6).

Rasulullah SAW dalam sebuah hadistnya bersabda, “Tidak  ada seorang anak Bani Adam, kecuali dilahirkan di atas firtahnya, (jika demikian) maka kedua orangtuanya itulah orang menjadikannya Yahudi, atau Nasrani atau Majusi, ...” (Muttafaqun ‘alaih).

Dalam hadist yang lain Rasulullah SAW bersabda, “Perintahkanlah anak-anakmu mengerjakan shalat ketika berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka jika tidak mau mengerjakannya ketika berusia sepuluh tahun,” (HR. Abu Daud, Al Turmuzi, Ahmad dan Al Hakim).

Makna yang terkandung dalam firman Allah dan hadits di atas sejalan dengan pendapat seorang ahli pendidikan, Dr. Decroly  yang menyatakan bahwa, 70 persen dari anak-anak yang jatuh kedalam jurang kejahatan itu berasal dari keluarga-keluarga yang rusak kehidupannya.

Oleh karena itu, orangtua memang mempunyai peran yang sangat penting dalam membentuk moral kepribadian sang anak, yaitu melalui pendidikan yang dipraktikkan melalui sikap perbuatan atau teladan dalam kehidupan sehari-hari dan berlandaskan akan agama. (Syarif Abdurrahman/Ahmad Rozali)

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "Mendidik Anak yang Baik Menurut Pandangan Islam"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel